ASAL - USUL KATA KISAM/QISAM
KISAM/QISAM
Kisam adalah salah satu suku yang berada di Sumatra Selatan, yang mana sering dijumpai tepat nya di daerah Oku Selatan (Muaradua Kisam). Kisam merupakan salah satu unsur komunitas suku yang ada di Muaradua selain suku Aji, suku Ranau, suku Komering, suku Palembang, suku Daya, dan suku Semende serta komunitas suku lainnya.
Kisam merupakan akronim yang bisa berarti Kisit Malam - Kisah Anak Malam ( perjalanan hijrah di malam hari ) atau Kisah Anak Malang. dikarenakan tidak mau dijajah oleh bangsa Belanda saat itu dari daerah Pasemah/Basemah (Pagar Alam). Kisam juga berarti Qisam/Qsam (huruf Qaf Syin Mim) yang berarti keras pendirian nya (orang yang bersumpah).1) Hal ini terukir dalam sejarah peradaban suku kisam yang merantau dari daerah Pagar Alam menuju daerah Kisam saat ini yang mana dulu nya didiami oleh suku Mana/Rejang (Bengkulu sekarang) Sehingga bahasa yang dipakai sehari-hari oleh suku kisam ialah bahasa Pasemah.
Pasemah/Basemah
(Gramberg, 1867:351-352).
“….., sewaktu kerajaan Majapahit runtuh, seorang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan dengan banyak pengikut, telah meninggalkan Majapahit dan mendarat di Pantai Timur Sumatera. Adik perempuannya menempatkan dirinya di Palembang, dimana ia dalam waktu singkat telah menjadi ratu yang terpandang ; kakaknya (Atung Bungsu), yang lebih jauh masuk ke pedalaman, menetapkan diri di Lembah dari Passumah yang subur. Dengan demikian tanah ini diduduki dan dihuni para pendatang ini.
Mitos atau cerita mengenai Puyang Atung Bungsu terdapat beberapa versi yang diantara lain dapat kita baca dalam “Soerat Assal Oerang Mendjadikan Djagat Passumah” dengan kode ML 608 (BR.157.VIII) dan kode ML 234 yang ada di perpustakaan Museum Nasional, Jakarta.
![]() |
lihat peta |
Kalau melihat peta diatas ada kemungkinan hijrah nya suku kisam melalui perbukitan-perbukitan yang makan waktu sangat lama serta melelahkan, disamping menghindari agresi Belanda yang datang sewaktu-waktu. Tipikal jalan pun masih tanah bebatuan yang dilalui bukan lah aspal maupun cor semen hotmix seperti sekarang ini. kemungkinan besar Ketua Adat atau Puyangan saat itu memakai kuda serta masyarakatnya berjalan kaki.
Artikel dibawah merupakan terjemahan dari karya JSG Gramberg yang dibahas oleh Frieda Amran mengenai keberadaan suku kisam yang mengancam kestabilan pemerintahan Belanda saat itu dibanding suku lainnya yang lebih memilih diam dan mengikuti kemauan penjajah. Keteguhan hati orang kisam yang tidak mau diperintah atau di jajah (suku yang bebas/merdeka) inilah menurut penulis merupakan alasan logis mengapa sebagian orang turunan Pasemah akhirnya hijrah di malam hari untuk menghindari konflik berdarah dengan Belanda saat itu berbeda dengan yang di Pagar Alam yang mengakibatkan korban kematian, karena prinsip orang Pasemah itu lebih baik mati daripada menyerah.
Ciri khas lainnya suku kisam yang penulis ketahui dari berbagai sumber (sesepuh), mereka ketika hijrah dan menduduki suatu daerah maka akan pasang pancang dari bambu untuk menandai daerah kekuasaaan itu lalu bersumpah dengannya, tentu nya dengan bertarung kekuatan fisik dan non fisik (kuduk dan entitas lainnya). Penulis merupakan TURKI (Turunan Kisam/Aji). dan suku Aji penulis dapatkan hampir serupa ketika menjajaki daerah kekuasaan nya melalui dengan cara yang hampir sama (tombak dan entitas lainnya). Tombak itu dilemparkan sejauh mungkin dan itu lah batas daerah kekuasaan suku Aji.
![]() |
Kanuragan |
Para Penguasa di daerah setempat dinamakan Pangeran dan Dipati yang merupakan gelar pemberian dari bangsa Belanda bukan bentuk kerajaan. Tidak penulis temui bentuk kerajaan di daerah tersebut jadi gelar diatas merupakan gelar pemberian dari bangsa penjajah agar para penguasa tersebut mampu mengontrol para penduduk di wilayah tersebut. Gelar atau jabatan dibawah Pangeran dan Dipati ada yang bergelar Pasirah yang bertugas memfasilitasi kebutuhan beberapa dusun binaan nya.
Seorang kepala marga atau bahkan kepala dusun (ondermargahoofden) kalau dianggap berjasa dengan Pemerintah Kolonial Belanda biasanya dapat diberi gelar-gelar, misalnya: pangeran, temenggoeng, rio-depati, depati, rio, kerio, ngabei, ginda. Biasanya gelar yang diberikan ini berdasarkan kemampuan kepala pemerintahan marga dan bawahan dalam mengumpulkan pajak. Lihat dalam Ki Agoes Mas’oed. 1941. Sedjarah Palembang moelai sedari
Seri-widjaja sampai kedatangan balatentara Dai Nippon. Palembang: Meroeyama. 6)
Inilah salah satu strategi dari penguasa untuk dapat mengontrol penduduk suku Kisam agar tidak memberontak dengan Belanda. Namun semua itu berubah keadaan pasca Indonesia merdeka dengan modal kekuatan fisik dan entitas lain para pemangku jabatan Pangeran/Dipati maupun Pasirah mereka turut serta membela negri nya terhadap kekuatan bangsa penjajah saat itu.

Jadi makna asal-usul kata kisam bisa dari sisi mana saja dibahas, dari sisi bahasa berpegah teguh pada pendirian lalu menyatakan ikrar nya dengan bersumpah maka makna nya Qasam, dari makna turunan Pasemah yang berarti sekumpulan orang yang tidak mau diperintah/dijajah lebih baik mati daripada menyerah maka makna kata Kisam ialah suku yang merdeka.
Wallahu A'lam Bishawab
5)
Tembang Batanghari 9
ANAK UMANG
Melemang masak sebaris
Sebaris tinggal lah dimandian
Anak umang jangan ndak nangis
Sangkan tetibe lah dibagian
Kalu tekinak lah nggak buahnye
Anak umang idupi kinah
Kalu tekinak lah nggak buahnye
Banyak-banyak suru ke bengkung
Bengkung sekali lah buluh betung
Banyak-banyak suru kebingung
Bingung sekali lah umang endung
Alangkah ringkih pule sepatu
Kandik bejalan lah ke Merdue
Alangkah sedih yatim piatu
Be endung adak be bapang dikde
![]() |
Silsilah keluarga suku Aji |
Sumber Artikel :
1) Ahmad Warson Munawwir dalam Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia Terlengkap menyampaikan bahwa kata qasam secara etimologi bermakna membagi, memberikan, budi pekerti, mempertimbangkan, ganteng, sumpah dan sebagainya. Tetapi dalam konteks ulumul Quran kata qasam dimaknai sebagai pernyataan tegas dan kesungguhan mutakallim (pembicara) dengan bentuk mufrad اقسم atau القسم bentuk jamaknya adalah اقسام atau الأقسام .
4) WAG Juray Kisam
5) Koninklijk Instituut voor taal-, land- en volkenkunde
6) https://repositori.kemdikbud.go.id/